Pages

Photobucket

I Love You, ‘S’


Aku jatuh cinta..itu yang kurasakan saat ini. Kisah ini berawal ketika aku sedang jalan-jalan menemani mamaku ke sebuah mal yang ada di Jakarta Selatan. Ketika sedang melihat-lihat tiba-tiba aku ingin ke kamar mandi dan aku langsung bilang ke mamaku kalau aku kebelet pipis. Setelah itu, aku lari ke kamar mandi biar tidak pipis di celana. Setelah dari kamar mandi saat aku mau menaiki ekskalator, aku melihat ada papan pengumuman tentang tempat kursus 11 bahasa salah satunya Bahasa Jepang. Dari dulu aku sangat tertarik dan ingin sekali bisa lancar berbicara Bahasa Jepang. Malah dari dulu aku ingin sekali bisa datang ke negeri sakura itu. Mataku tertuju ke papan pengumuman itu dan melihat sebentar isi pengumuman itu lalu aku kembali menaiki ekskalator. Sesaat aku teringat kata-kata papaku beberapa minggu yang lalu tentang tempat kursus yang beliau bilang. Mungkin tempat kursus ini yang beliau maksud. Tanpa mikir panjang aku bilang ke mamaku bahwa aku ingin kursus di tempat itu, tapi mamaku bilang “Mending kita tanya-tanya dulu, kalau sesuai baru kamu daftar.” Aku pun mengangguk tanda setuju.

Keesokan harinya, aku dan mamaku kembali lagi ke mal itu (PIM). Aku langsung menghampiri stand tempat kursus itu. Ya, yang aku hampiri hanya sebuah stand yang di penuhi para sales. Aku pun belum mengetahui persis dimana tempat kursus itu. Yang jelas aku tertarik tempat kursus itu karena disana di buka kursus Bahasa Jepang. Aku dan mamaku di hampiri oleh salah satu sales yang ada disana sebut saja namanya Sapri. Kurang lebih 15 menit Sapri menjelaskan semua yang berhubungan dengan tempat kursus itu. Mulai dari sistematis sampai harga. Setelah Sapri selesai menjelaskan, mamaku bertanya tentang harga ke Sapri tapi karena Sapri tidak bisa menjawab dia memanggil temannya bernama Shulton (sales tempat kursus).

“Woow boleh juga nih cowok, kece badai” Ujarku dalam hati sambil senyam senyum. Saat itu juga aku mulai merasa ada sekelompok orang yang sedang menabuh drum di hatiku. Aku tidak peduli saat dia menjawab pertanyaan yang mamaku berikan. Yang aku mau saat itu memandangi wajahnya yang putih dan mulus.

FYI, Aku tidak malu cinta sama seorang sales selama itu halal kenapa aku mesti malu. Malah aku malu kalau suatu saat nanti aku bisa cinta sama seorang penjahat, koruptur dan sejenisnya.

Aku tersadar dari lamunanku ketika mamaku mengajakku pulang sambil menggoyang-goyang badanku. Kami pun berjabat tangan tanda berpamitan.

Sesampainya di rumah aku kembali teringat wajah putih dan wajah mulusnya Shulton. “Ya Tuhan, indah sekali ciptaan-Mu yang satu itu, sepertinya aku jatuh cinta”. Yap aku jatuh cinta pada pandangan pertama, aku cinta diiaaa.. Mungkin ini yang Gita Gutawa rasakan ketika dia menyanyikan lagu “Hati yang berbunga pada pandangan pertama, oh Tuhan tolonglah, aku cintaaaaaaa...kucinta diaaa” lirik itu terus terngiang di telingaku sembari membayangkan ciptaan Tuhan yang satu itu.

Aku langsung sms sahabatku, Jennifer, setiap aku lagi sedih maupun senang aku pasti sms dia. Begitupun hari ini, aku raih handphone ku untuk sms dia dan menceritakan apa yang sedang aku rasakan pada hari ini.

“Jen, hari ini aku seneng banget. Hari ini aku ketemu pangeran yang super tampan, sepertinya aku jatuh cinta sama dia.”

Jennifer pun membalas “Siapa orangnya? Anak mana? Pokoknya besok kita harus ketemu dan elo harus cerita semuanya.”

“Wow wow, tahan bos. Aku akan cerita semuanya sama kamu. Besok kita janjian di halte Lebak Bulus TransJakarta ya” balasku. Smsan pun berakhir, aku pun tertidur dengar lelap.

Singkat cerita, Aku mengajak Jennifer untuk ke PIM supaya dia bisa mengetahui seperti apa pria yang aku cinta. Sepanjang perjalanan ke PIM, hatiku gak karuan antara senang dan gugup, ya nano-nano deh..Ketika sampai di PIM, aku dan Jennifer ga langsung menuju stand itu tapi kita memilih ke tempat makan untuk menyusun rencana.

Rencana telah disusun, setelah itu aku dan Jennifer menuju stand itu. Tapi rencana yang telah kami susun harus berantakan. Jennifer terlalu terburu-buru menghampiri mas-mas tempat kursus itu dan bertanya soal sistematis kursus itu padahal disana batang hidung Shulton belum kelihatan. Terpaksa aku harus mendengar penjelasan yang sama untuk kedua kalinya. “Ah gagal deh rencanaku” ujarku dalam hati. Aku pulang dengan wajah lesu.

Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan belahan jiwaku itu, “Ya Tuhan kalau memang dia jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan jodohku, jodohkanlah..” ya memang terkesan memaksa, tapi bohong besar kalu aku berharap dijauhkan darinya.

...
(5 hari kemudian)
Sudah lama aku tidak main ke PIM. Sudah lama aku tidak melihat wajah putih dan wajah mulusnya Shulton. Aku mikir gimana lagi caranya supaya bisa mendapatkan nomer handphone Shulton. Tekatku telah bulat sebulat perut ibu-ibu yang lagi hamil. “Pokoknya aku harus mendapatkan nomer handphonenya.”

Berbagai cara aku tempuh untuk mendapatkan nomernya, mulai dari beberapa kali mengirim teman untuk pura-pura nanya kesana sampai nyuruh teman untuk nanya ke temannya. Memang aku itu terlalu pengecut untuk meminta langsung ke Shulton, mungkin karena aku seorang wanita.

Tuhan berkata lain, rencana yang aku buat tidak selalu berjalan mulus, mungkin Tuhan belum berniat untuk menjodohkan aku dengannya dan mungkin Tuhan ingin aku berusaha lebih giat lagi, entahlah.

Rencananya hari ini aku ketemuan dengan salah satu teman SMK di sebuah mal. Ya lagi-lagi mal, setiap main aku selalu ke mal. Jakarta oh jakarta, ada gak sih tempat lain selain mal?!? Mau gimana lagi kalau ke tempat rekreasi aku suka iri sama orang-orang yang pada pacaran (sebenarnya sih di mal juga banyak yang pacaran, tapi menurut aku ga sebanyak di tempat rekreasi).

10 menit kemudian Nunung (temanku) datang, katanya dia punya kabar gembira buat aku. Tadi dia memberitahukan aku tentang hal ini dan aku tidak sabar ingin mendengarnya.

“Phut, gue punya kabar gembira nih.”

“Iya aku tahu, tadi kan kamu udah kasih tahu lewat sms. Emang kabar apaan?” Aku sudah ga sabar ingin mendengarkan kabar gembira itu. Aku harap ini tentang Shulton.

FYI, Nunung ini salah satu teman SMK ku yang tahu tentang Shulton selain sahabatku, Jennifer dan dia juga ingin membantuku agar aku bisa dekat dengan Shulton. Nunung juga lebih berani dari aku jadi wajar kalau nanti tiba-tiba dia bisa mendapatkan nomer handphone Shulton. Aku berharap banyak dari dia.

“Gue udah dapet nih nomer cowok yang elo suka.”

“Hah, yang benar? Secepat itu? Kamu dapet nomernya darimana?” Kataku agak kaget. Aku kaget bukan karena dia berhasil mendapatkan nomer Shulton, melainkan aku kaget karena dia bisa mendapatkan nomer Shulton lebih cepat dari yang aku duga.

“Ah itu mah ga penting, yang penting elo mau ga nomernya? Kalau ga mau gue delet nih.”

Dengan sigap aku ambil handphone Nunung dari tangannya dan ku catat nomer handphone Shulton. Aku senyum merekah sambil berkata “terimakasih teman.”

..
Tak terasa sudah lama aku menyimpan nomer handphone Shulton (kira-kira 3 bulan) tapi sampai sekarang belum ada niatan dariku untuk menghubunginya. Aku ga punya keberanian untuk memulainya. Dengan menyimpan nomernya saja aku sudah bahagia apalagi kalau bisa dekat dengannya, yang ada aku mimisan. Mungkin terlalu lebai tapi beginilah aku. Aku tidak seperti Nunung ataupun wanita-wanita lain yang berani mendekati seorang pria lebih dulu. Aku hanya wanita biasa yang hanya bisa memendam perasaan tanpa harus orang yang aku cinta mengetahuinya.

Terakhir aku dapat info bahwa si Shulton sudah menikah, aku sedih plus bahagia mendengar kabar itu. Di satu sisi aku sedih karena tidak bisa mendapatkan Shulton, namun di sisi lain aku bahagia karena pria yang aku cinta telah menemukan pendamping hidupnya. Buat pria yang aku cinta, aku harap kamu bisa bahagia selamanya dan bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Meskipun hatiku sakit tapi aku harus bisa menerima kenyataan ini. L



Diikutsertakan dalam giveaway #NovelSecondChance @NovelAddict_ @glennalexei

Hukuman yang Berkesan

Tomboy, pendiem sama orang yang baru dikenal dan baik hati itulah gue. Ketika sekolah beberapa kali gue pernah dapat hukuman ntah itu dari guru yang lagi piket, guru BK atau wali kelas. Gue pernah di suruh jalan jongkok, nyapu lapangan dan yang lebih parah di skors gara-gara pura-pura berantem sama teman sekelas.
Begini ceritanya, waktu itu gue buru-buru ke sekolah karena takut kesiangan. Di jalan orang-orang ngeliatin gue sambil senyum-senyum. “Ini orang pada kenapa sih sama gue, tumben-tumbenan banyak yang ngeliatin gue. Biasa aja kali kalau ngeliatin cewek cantik” batin gue dalam hati. Sesampainya di sekolah guru gue sudah nangkring di depan pagar sebut saja namanya Bu Aya. FYI, Bu Aya merupakan sesosok guru yang sangat amat disiplin, kalau ada muridnya yang telat atau ada pakaian yang tidak sesuai dengan aturan sekolah beliau selalu marah. Dengan santai gue jalan memasuki gerbang sekolah.
“Selamat pagi Bu,” sapa gue ramah. Bu Aya ga bales sapaan gue, beliau malah nanya ke gue.
“Farah kamu waras?”
“Waras ko Bu.”
“Kalau waras lihat bawahan kamu. Apa-apaan ke sekolah pakai sepatu kayak gitu. Warnanya beda-beda, yang satu merah yang satu putih udah kayak bendera aja, tinggal Ibu gerek tuh sepatu kamu di tiang bendera” Bu Aya memarahi gue.
“Oh ini Bu, saya sengaja karena saya kan anak teater jadi harus berani tampil beda.”
“Tapi kan ini sekolah, tempat belajar bukan tempat buat aneh-aneh. Sekarang kamu jalan jongkok 5 kali bolak balik” perintah Bu Aya.
“Sekarang Bu?” tanya gue untuk meyakinkan.
“Iya. Cepetan!
Akhirnya gue nurutin apa yang diperintahkan Bu Aya. “Untung aja cuma disuruh jalan jongkok bukan disuruh nyapu lapangan” batin gue dalam hati. Guru gue yang satu ini kalau ngasih hukuman suka aneh-aneh. Misalnya waktu itu teman gue disuruh nyapu lapangan padahal lapangannya ga kotor. Gue sempet mikir kenapa hukuman yang Bu Aya kasih terkadang ga ada hubungannya sama kesalahan yang kita buat, mungkin dari hukuman itu Bu Aya ingin supaya kita ga berbuat salah lagi, ya mungkin aja.
Setelah hukuman itu selesai akhirnya gue diperbolehkan masuk ke kelas. Sesampainya di kelas gue di ledek-ledekin ‘pea’ sama teman-teman gue, karena gue pake sepatu beda-beda.
“Farah pea, Farah pea” kata teman-teman sekelas.
“Biarin aja, gue kan anak teater jadi harus berani tampil beda dong” timpal gue.
Gue langsung duduk di tempat yang biasa gue duduki. Hari ini jam pertama yaitu mata pelajaran Biologi. Pak Sisloyo memasuki kelas gue dan langsung menjelaskan materi kepada murid-murid. “Ah boring banget gue sama pelajarannya mending gue ke warnet aja” batin gue dalam hati. Gue pun langsung mencari teman untuk bisa di ajak ke warnet biar kalau di hukum ga sendirian.
“Eh ke warnet yuk, gue bosen nih sama pelajarannya” ajak gue ke Rio.
“Takut ah gue sama Pak Sisloyo” timpal Rio.
“Ya elah nyantai aja, bilang aja kita mau bayar uang SPP. Kebetulan kan hari ini batas akhir bayar uang SPP.”
“Ya udah deh” kata Rio dengan sedikit terpaksa.
Gue dan Rio ijin ke Pak Sisloyo untuk keluar dengan alasan kami mau membayar uang SPP karena batas pembayaran SPP cuma sampai jam 10. Gue dan Rio pun diijinkan keluar oleh Pak Sisloyo. Untung beliau ga menanyakan tentang sepatu gue, selamat selamat. Kami pun berjalan pelan-pelan sambil membungkukan badan biar ga ketahuan sama guru yang lain. Akhirnya gue dan Rio berhasil juga keluar gerbang sekolah dan langsung ke warnet. Lumayanlah setengah jam di warnet  daripada dengerin ceramahnya Pak Sisloyo.
Setengah jam telah berlalu. Gue dan Rio kembali ke sekolah, sampai di depan gerbang sekolah ternyata disitu Bu Aya udah nangkring lagi nungguin gue dan Rio di depan gerbang. Guru gue yang satu ini emang demen banget yang namanya nangkring, udah mirip banget sama ... ya kalian tau lah maksud gue apa. Gue takut kalau ngomong jelas-jelas nanti gue di hukum lagi sama Bu Aya, kabuuurrr.. Kami pun di hukum untuk nyapu lapangan. “Tuh kan gue kena disuruh nyapu lapangan. Baru aja tadi pagi gue seneng karena ga disuruh kayak gitu tapi sekarang malah kena” batin gue dalam hati. Singkat cerita, hukuman kami telah selesai dan kami kembali ke kelas.
“Kalian dari mana saja ko lama banget” tanya Pak Sisloyo.
“Anu Pak” kata Rio.
“Anu..anu. Kalau ngomong tuh yang jelas, Bapak ga ngerti sama yang kamu omongin.”
“Kami kan habis bayar uang SPP Pak” jawab Rio sambil gugup.
“Bohong tuh Pak, palingan mereka pacaran” celetuk Didit.
“Cie cie Rio” anak-anak sekelas langsung pada ngecengin gue dan Rio. Seketika suasana kelas menjadi ricuh.
“Tenang-tenang. Ya udah kalian kembali ke tempat duduk masing-masing” kata Pak Sisloyo kepada gue dan Rio.
Gue dan Rio bisa bernafas lega karena ga ketahuan kalau tadi ke warnet karena bosen dengerin ceramahnya Pak Sisloyo. Bel pun berbunyi itu artinya jam pelajaran Biologi telah selesai dan mata pelajaran berikutnya telah menunggu sampai jam istirahat berbunyi.
Singkat cerita, jam istirahat telah selesai, ini waktunya gue harus kembali lagi ke kelas. Sambil nunggu guru dateng biasanya kelas gue selalu ramai sampai guru ada yang masuk, keadaan kelas langsung sunyi senyap. Begitupun dengan hari ini, keadaan kelas sangat ramai karena hari ini guru tidak masuk. Seketika kelas medadak jadi arena tinju. Didit menjadi host dadakan di kelas.
“Iya pemirsa, disini sedang diadakan tinju wanita. Dari sudut kiri kita punya wanita bersabuk biru, berbadan besar dan memiliki tato jahitan di kaki kanannya siap melawan wanita disebelah kanan, mari kita sambut Farah. Sedangkan dari sisi kanan dengan sabuk merah, berbadan cungkring tapi tenaganya kayak kuli udah mirip si jampang mari kita sambut Deva.” Anak-anak langsung pada tepuk tangan, sebagian mendukung gue dan sebagian lagi mendukung Deva.
“Dasar lo ceking, cewek jadi-jadian. Fisik sih boleh cewek tapi ko gaya nya mirip banget sama jampang.”
“Biarin aja daripada lo gembrot. Jadi cewek ko gembrot mana ada cowok yang mau sama lo. Lo tuh cocoknya ikut kejuaran sumo bukan disini” balas Deva.
Lagi asiknya ceng-cengan si Fidun masuk dan tiba-tiba Bu Aya ke kelas gue (lagi-lagi Bu Aya). Akhirnya gue dan Deva di panggil sama Bu Aya, anak-anak seketika diam. Gue dan Deva pun mengikuti langkah kaki Bu Aya.
“Dev, kayak nya kita mau di introgasi nih.”
“iya nih Far, ah si Fidun mah ga asik. Orang kita cuma bohongan tapi dia nganggepnya serius. Nanti kita bilang aja kalau berantemnya bohongan biar ga kena hukuman.”
Kami pun di bawa ke salah satu kelas yang kebetulan kelas itu lagi ga ada yang pakai.
“Haduh Farah Farah, kamu ga kapok-kapok ya dapet hukuman dari saya. Kalau udah lulus nanti kamu mau jadi apa coba, hari ini aja kamu tiga kali berbuat ulah.”
Gue pun menjawab “saya ingin jadi seorang kapiten Bu, yang mempunyai pedang panjang kalau berjalan prok prok prok aku seorang kapiten.” Bu Aya hanya bisa geleng-geleng tidak menanggapi perkataan gue dan mulai mengintrogasi gue dan Deva.
Introgasi pun dimulai “Kalian ini sesama wanita pakai berantem segala. Kalian ini mau jadi jagoan ya di sekolah?! Apa kalian ingin menunjukkan siapa yang paling jago di sekolah, hah?! Kalau disuruh lawan sama Pak Hendrik juga kalian pasti kalah!” tanya Bu Aya dengan nada emosi. FYI, Pak Hendrik itu salah satu satpam yang ada di sekolah gue. Badannya amat sangat besar saking besarnya waktu itu ya, ga sengaja teman gue ngeliat celananya Pak Hendrik robek pas dia lagi jongkok mana robeknya lumayan besar. Untung robeknya ga semua, kalau semua bisa gaswat eh gawat.
Back to topik. “Sebenarnya kami cuma pura-pura berantem Bu tapi si Fidun nya aja yang nanggepinnya terlalu serius, kalau ga percaya Ibu boleh tanya ke anak-anak yang lain” gue pun memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun Bu Aya ga percaya sama perkataan gue. Akhirnya kami di beri hukuman yaitu di skors, selama 3 hari kami ga boleh ke sekolah. Kami pun mau ga mau terima hukuman itu daripada nanti hukumannya makin berat, seberat badannya Pak Hendrik.
Di kelas kami di tanya-tanya oleh teman sekelas, mereka kepo kami diapain aja sama Bu Aya. Gue dan Deva pun mulai menjelaskan secara detail bagaimana kami diintrogasi oleh guru killer itu. Saat gue mau duduk, bangku gue di tarik oleh Didit dan akhirnya gue jatuh. Anak-anak satu kelas pun pada ngetawain gue termasuk Deva. Awalnya gue kesal sama Didit karena dia narik bangku gue sampai gue jatuh. Tapi gue urungkan niat marah-marah gue karena kejadian itu ga semuanya salah Didit. Kalau gue hati-hati pasti akhirnya ga kayak gini. Akhirnya gue dan Deva cerita sampai bel berbunyi.
Itulah kisah gokil gue mulai dari dapat hukuman jalan jongkok gara-gara pakai sepatu yang warnanya beda-beda, di suruh nyapu lapangan karena ke warnet waktu jam pelajaran, pura-pura berantem sama Deva sampai akhirnya di skors selama 3 hari dan yang terakhir jatuh dari kursi gara-gara gue ga hati-hati saat duduk. Semua hukuman itu sampai sekarang ga bisa gue lupain. Terkadang kalau gue inget hukuman itu gue suka senyam senyum sendiri ternyata dulu itu gue bandel banget beda dari kebanyakan cewek di kelas. Gue berterimakasih sama Bu Aya karena pernah ngehukum gue dan dari situ gue jadi punya kenangan masa-masa SMA.
Masa-masa SMA merupakan masa dimana banyak kenangan dan kenangan itu susah untuk dilupakan. Terlalu banyak peristiwa yang seru dan menyenangkan bersama teman-teman untuk dikenang sampai kapanpun dan suatu saat bisa diceritakan kembali ke anak-cucu kita. Semoga cerita gue bisa menghibur kalian dan mengingatkan kejadian gokil yang pernah kalian alamin selama masa-masa sekolah.

Pelangi di Teras Rumah

Siang itu cuaca yang awalnya cerah menjadi mendung. Angin berhembus dengan kencang dan suara rintik hujan mulai terdengar. Udara hangat seketika berubah menjadi dingin. Dina menuju dapur untuk membuat secangkir teh manis hangat di rumahnya. Dia minum teh manis itu agar badannya terasa hangat.

Tiba-tiba mata Dina menatap ke arah jendela. Dia tertatik dengan hujan yang sedang turun di luar rumah. Di tariknya bangku yang ada di depan meja dan dia duduk menghadap ke jendela. Dia pandangi hujan itu sambil berkata “sudah lama aku tidak memandangi hujan lewat jendela rumah. Aku kangen dengan suasana seperti ini.” Sesaat Dina teringat masa kecilnya. Dulu dia sering memandangi hujan lewat jendela kamarnya. Bisa dibilang itu salah satu kegiatan yang sering dia lakukan disaat hujan. Menurutnya setiap tetesan hujan memberikan kenyamanan.

Tak terasa hujan telah berhenti. Namun Dina masih betah di depan jendela. Dirinya masih hanyut dalam kenangan masa kecilnya. Ibunya yang sudah lama tak melihat tingkah laku anaknya seperti itu menjadi heran. Secepat mungkin anaknya disadarkan dari lamunannya. Beliau tidak ingin anaknya kenapa-kenapa.

“Dina sayang, dari tadi Ibu lihat kamu bengong aja di jendela. Kamu lagi kenapa sayang?” Ibunya bertanya dengan nada cemas.

“Aku tidak apa-apa kok Bu, tadi aku lagi lihat hujan dan tiba-tiba aku teringat masa kecilku.”

“Oh. Syukurlah kalau begitu. Ibu kira kamu kenapa-napa.”

“Tenang aja Bu, aku tidak apa-apa.” Dina tersenyum.

Setelah Ibunya pergi, Dina langsung bangun dari kursinya dan menuju teras rumah untuk menikmati udara sejuk bekas hujan. Di bukalah pintu rumahnya itu. Dia kaget apa yang dia lihat dengan matanya itu. Dari teras rumahnya, dia bisa melihat pelangi yang ada di langit. Warnanya begitu indah dan cantik. Pelangi itu muncul di saat waktu mulai senja. “Perpaduan yang pas antara pelangi dan senja.” Batin Dina. Dia menikmati moment-moment yang jarang seperti ini. Namun sayang perpaduan antara pelangi dan senja hanya berlangsung 5 menit. Walaupun begitu Dina bersyukur karena dirinya masih di beri kesempatan untuk melihat hujan dan perpaduan antara pelangi dan senja di teras rumah. “Terimakasih Tuhan.” Dina tersenyum lebar.


Tulisan ini disertakan dalam lomba Flash Fiction dengan tema 'Perempuan dan Senja' yang diadakan oleh @13perempuans

Masyarakat Mengharapkan Transportasi yang Aman dan Nyaman


Dekil, semraut dan tidak nyaman itulah yang ada di benak masyarakat tentang transportasi umum khusunya angkutan umum, metromini, kopaja dan koantas bima. Beberapa orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan tidak ada rasa nyaman, aman dan tidak ada ketepatan waktu ketika menggunakan transportasi umum.
Berbagai usaha pemerintah DKI lakukan untuk membenahi transportasi umum yang ada di Jakarta namun semua itu tidak berjalan dengan lancar. BusTransjakarta yang diharapkan bisa memberikan solusi untuk transportasi umum nyaman, aman dan tepat waktu ternyata tidak sesuai dengan harapan tersebut. Misalnya ketika masyarakat ingin menggunakan BusTransjakarta mereka harus mengantri dan desak-desakan karena menunggu bus datang tidak tepat waktu. Itu sama saja ketika kita ingin menggunakan transportasi umum lainnya.
Masyarakat menuntut pemerintah DKI untuk segera membenahi semua transportasi umum yang ada. Tujuannya supaya masyarakat bisa menggunakan transportasi umum dengan nyaman dan aman. Namun pemerintah DKI berdalih, pemerintah DKI tidak memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki semua transportasi umum yang ada.
Banyaknya keluhan-keluhan yang keluar dari mulut masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat tidak puas dengan kinerja pemerintah DKI yang lamban dalam mengatasi transportasi umum. Namun masyarakat tidak bisa menyalahkan transportasi umum begitu saja, hal ini dikarenakan angkutan umum, metro mini, kopaja dan koantas bima bersaing satu sama lain untuk mendapatkan uang setoran.
Apabila transportasi umum sudah memadai, masyarakat bisa beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum. Sehingga kemacetan yang ada di Jakarta bisa berkurang. Selain itu subsidi BBM dan polusi juga bisa dikurangi. Semoga pemerintah pusat memberikan dukungan kepada pemerintah DKI agar permasalahan tersebut dapat segera terselesaikan.

Pemuda Menentukan Nasib Bangsa

Pemilu sebentar lagi. Warga negara Indonesia harus mempersiapkan diri untuk memilih calon Legislatif maupun calon Presiden dan calon Wakil Presiden. Setiap partai berusaha melakukan kampanye untuk mencari dukungan dari masyarakat. Menurut laporan Bawaslu, tingkat persentase jumlah pemilih yang tidak ikut memilih dalam Pemilu alias golongan putih (golput) terus mengalami kenaikan. Pada Pemilu 1999 angka golput sekitar 10,21 persen, maka pada Pemilu 2004 mencapai 23,34 persen, dan pada Pemilu 2009 meningkat menjadi 29 persen. Berdasarkan hasil persentase tersebut, dapat terlihat bahwa tingkat antusiasme masyarakat dalam menyambut pemilu mengalami penurunan. Oleh sebab itu, dapat terlihat bahwa menjelang pemilu partai politik mulai menyibukkan diri berkampanye baik melalui kunjungan ke daerah-daerah tertentu maupun melalui media.
Sebagaimana yang dilakukan partai politik sekarang ini dengan membuat lagu untuk mempromosikan partainya masing-masing. Akan tetapi bila kita cermati, tema yang diusung, maupun lirik-liriknya memiliki kemiripan yang intinya mengajak seluruh rakyat untuk berpartisipasi dalam membangun Indonesia. Dapat dikatakan bahwa, mereka sadar bahwa masyarakat sudah tidak percaya atau jenuh dengan kampanye yang hanya berdasarkan kata-kata atau janji-janji saja, sehingga partai-partai tersebut mengemas kampanye mereka melalui lagu. Mereka sadar bahwa untuk memperoleh suara atau dukungan mereka harus dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya pemuda. Mengapa pemuda?
Menurut DR.Yusuf Qardhawi pemuda adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa tua yang memiliki potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Secara psikologis, pemuda memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Pemuda lebih berfikir secara kritis. Mereka tidak menerima begitu saja informasi yang di dapatkan melainkan menyaringnya terlebih dahulu. Bisa dibilang pemuda merupakan penggerak kemajuan negara. Baik buruk nasib negara tergantung dari pemudanya. Apalagi jumlah pemuda yang ada di Indonesia yang tidak sedikit sangat mempengaruhi hasil dari pemilu nanti.
Oleh karena itu, sebagai pemuda yang taat akan aturan marilah kita sukseskan pemilu 2014 ini. Jangan hanya protes tetapi kalian tidak ikut memilih. Hilangkan yang namanya golput dari tahun ke tahun. Jadilah pemilih yang cerdas. Karena nasib bangsa Indonesia ada ditangan kalian.