Pages

Photobucket

I Love You, ‘S’


Aku jatuh cinta..itu yang kurasakan saat ini. Kisah ini berawal ketika aku sedang jalan-jalan menemani mamaku ke sebuah mal yang ada di Jakarta Selatan. Ketika sedang melihat-lihat tiba-tiba aku ingin ke kamar mandi dan aku langsung bilang ke mamaku kalau aku kebelet pipis. Setelah itu, aku lari ke kamar mandi biar tidak pipis di celana. Setelah dari kamar mandi saat aku mau menaiki ekskalator, aku melihat ada papan pengumuman tentang tempat kursus 11 bahasa salah satunya Bahasa Jepang. Dari dulu aku sangat tertarik dan ingin sekali bisa lancar berbicara Bahasa Jepang. Malah dari dulu aku ingin sekali bisa datang ke negeri sakura itu. Mataku tertuju ke papan pengumuman itu dan melihat sebentar isi pengumuman itu lalu aku kembali menaiki ekskalator. Sesaat aku teringat kata-kata papaku beberapa minggu yang lalu tentang tempat kursus yang beliau bilang. Mungkin tempat kursus ini yang beliau maksud. Tanpa mikir panjang aku bilang ke mamaku bahwa aku ingin kursus di tempat itu, tapi mamaku bilang “Mending kita tanya-tanya dulu, kalau sesuai baru kamu daftar.” Aku pun mengangguk tanda setuju.

Keesokan harinya, aku dan mamaku kembali lagi ke mal itu (PIM). Aku langsung menghampiri stand tempat kursus itu. Ya, yang aku hampiri hanya sebuah stand yang di penuhi para sales. Aku pun belum mengetahui persis dimana tempat kursus itu. Yang jelas aku tertarik tempat kursus itu karena disana di buka kursus Bahasa Jepang. Aku dan mamaku di hampiri oleh salah satu sales yang ada disana sebut saja namanya Sapri. Kurang lebih 15 menit Sapri menjelaskan semua yang berhubungan dengan tempat kursus itu. Mulai dari sistematis sampai harga. Setelah Sapri selesai menjelaskan, mamaku bertanya tentang harga ke Sapri tapi karena Sapri tidak bisa menjawab dia memanggil temannya bernama Shulton (sales tempat kursus).

“Woow boleh juga nih cowok, kece badai” Ujarku dalam hati sambil senyam senyum. Saat itu juga aku mulai merasa ada sekelompok orang yang sedang menabuh drum di hatiku. Aku tidak peduli saat dia menjawab pertanyaan yang mamaku berikan. Yang aku mau saat itu memandangi wajahnya yang putih dan mulus.

FYI, Aku tidak malu cinta sama seorang sales selama itu halal kenapa aku mesti malu. Malah aku malu kalau suatu saat nanti aku bisa cinta sama seorang penjahat, koruptur dan sejenisnya.

Aku tersadar dari lamunanku ketika mamaku mengajakku pulang sambil menggoyang-goyang badanku. Kami pun berjabat tangan tanda berpamitan.

Sesampainya di rumah aku kembali teringat wajah putih dan wajah mulusnya Shulton. “Ya Tuhan, indah sekali ciptaan-Mu yang satu itu, sepertinya aku jatuh cinta”. Yap aku jatuh cinta pada pandangan pertama, aku cinta diiaaa.. Mungkin ini yang Gita Gutawa rasakan ketika dia menyanyikan lagu “Hati yang berbunga pada pandangan pertama, oh Tuhan tolonglah, aku cintaaaaaaa...kucinta diaaa” lirik itu terus terngiang di telingaku sembari membayangkan ciptaan Tuhan yang satu itu.

Aku langsung sms sahabatku, Jennifer, setiap aku lagi sedih maupun senang aku pasti sms dia. Begitupun hari ini, aku raih handphone ku untuk sms dia dan menceritakan apa yang sedang aku rasakan pada hari ini.

“Jen, hari ini aku seneng banget. Hari ini aku ketemu pangeran yang super tampan, sepertinya aku jatuh cinta sama dia.”

Jennifer pun membalas “Siapa orangnya? Anak mana? Pokoknya besok kita harus ketemu dan elo harus cerita semuanya.”

“Wow wow, tahan bos. Aku akan cerita semuanya sama kamu. Besok kita janjian di halte Lebak Bulus TransJakarta ya” balasku. Smsan pun berakhir, aku pun tertidur dengar lelap.

Singkat cerita, Aku mengajak Jennifer untuk ke PIM supaya dia bisa mengetahui seperti apa pria yang aku cinta. Sepanjang perjalanan ke PIM, hatiku gak karuan antara senang dan gugup, ya nano-nano deh..Ketika sampai di PIM, aku dan Jennifer ga langsung menuju stand itu tapi kita memilih ke tempat makan untuk menyusun rencana.

Rencana telah disusun, setelah itu aku dan Jennifer menuju stand itu. Tapi rencana yang telah kami susun harus berantakan. Jennifer terlalu terburu-buru menghampiri mas-mas tempat kursus itu dan bertanya soal sistematis kursus itu padahal disana batang hidung Shulton belum kelihatan. Terpaksa aku harus mendengar penjelasan yang sama untuk kedua kalinya. “Ah gagal deh rencanaku” ujarku dalam hati. Aku pulang dengan wajah lesu.

Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan belahan jiwaku itu, “Ya Tuhan kalau memang dia jodohku, dekatkanlah. Kalau bukan jodohku, jodohkanlah..” ya memang terkesan memaksa, tapi bohong besar kalu aku berharap dijauhkan darinya.

...
(5 hari kemudian)
Sudah lama aku tidak main ke PIM. Sudah lama aku tidak melihat wajah putih dan wajah mulusnya Shulton. Aku mikir gimana lagi caranya supaya bisa mendapatkan nomer handphone Shulton. Tekatku telah bulat sebulat perut ibu-ibu yang lagi hamil. “Pokoknya aku harus mendapatkan nomer handphonenya.”

Berbagai cara aku tempuh untuk mendapatkan nomernya, mulai dari beberapa kali mengirim teman untuk pura-pura nanya kesana sampai nyuruh teman untuk nanya ke temannya. Memang aku itu terlalu pengecut untuk meminta langsung ke Shulton, mungkin karena aku seorang wanita.

Tuhan berkata lain, rencana yang aku buat tidak selalu berjalan mulus, mungkin Tuhan belum berniat untuk menjodohkan aku dengannya dan mungkin Tuhan ingin aku berusaha lebih giat lagi, entahlah.

Rencananya hari ini aku ketemuan dengan salah satu teman SMK di sebuah mal. Ya lagi-lagi mal, setiap main aku selalu ke mal. Jakarta oh jakarta, ada gak sih tempat lain selain mal?!? Mau gimana lagi kalau ke tempat rekreasi aku suka iri sama orang-orang yang pada pacaran (sebenarnya sih di mal juga banyak yang pacaran, tapi menurut aku ga sebanyak di tempat rekreasi).

10 menit kemudian Nunung (temanku) datang, katanya dia punya kabar gembira buat aku. Tadi dia memberitahukan aku tentang hal ini dan aku tidak sabar ingin mendengarnya.

“Phut, gue punya kabar gembira nih.”

“Iya aku tahu, tadi kan kamu udah kasih tahu lewat sms. Emang kabar apaan?” Aku sudah ga sabar ingin mendengarkan kabar gembira itu. Aku harap ini tentang Shulton.

FYI, Nunung ini salah satu teman SMK ku yang tahu tentang Shulton selain sahabatku, Jennifer dan dia juga ingin membantuku agar aku bisa dekat dengan Shulton. Nunung juga lebih berani dari aku jadi wajar kalau nanti tiba-tiba dia bisa mendapatkan nomer handphone Shulton. Aku berharap banyak dari dia.

“Gue udah dapet nih nomer cowok yang elo suka.”

“Hah, yang benar? Secepat itu? Kamu dapet nomernya darimana?” Kataku agak kaget. Aku kaget bukan karena dia berhasil mendapatkan nomer Shulton, melainkan aku kaget karena dia bisa mendapatkan nomer Shulton lebih cepat dari yang aku duga.

“Ah itu mah ga penting, yang penting elo mau ga nomernya? Kalau ga mau gue delet nih.”

Dengan sigap aku ambil handphone Nunung dari tangannya dan ku catat nomer handphone Shulton. Aku senyum merekah sambil berkata “terimakasih teman.”

..
Tak terasa sudah lama aku menyimpan nomer handphone Shulton (kira-kira 3 bulan) tapi sampai sekarang belum ada niatan dariku untuk menghubunginya. Aku ga punya keberanian untuk memulainya. Dengan menyimpan nomernya saja aku sudah bahagia apalagi kalau bisa dekat dengannya, yang ada aku mimisan. Mungkin terlalu lebai tapi beginilah aku. Aku tidak seperti Nunung ataupun wanita-wanita lain yang berani mendekati seorang pria lebih dulu. Aku hanya wanita biasa yang hanya bisa memendam perasaan tanpa harus orang yang aku cinta mengetahuinya.

Terakhir aku dapat info bahwa si Shulton sudah menikah, aku sedih plus bahagia mendengar kabar itu. Di satu sisi aku sedih karena tidak bisa mendapatkan Shulton, namun di sisi lain aku bahagia karena pria yang aku cinta telah menemukan pendamping hidupnya. Buat pria yang aku cinta, aku harap kamu bisa bahagia selamanya dan bisa menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Meskipun hatiku sakit tapi aku harus bisa menerima kenyataan ini. L



Diikutsertakan dalam giveaway #NovelSecondChance @NovelAddict_ @glennalexei

0 komentar:

Posting Komentar