Tiba-tiba mata Dina menatap ke arah jendela. Dia tertatik dengan hujan yang sedang turun di luar rumah. Di tariknya bangku yang ada di depan meja dan dia duduk menghadap ke jendela. Dia pandangi hujan itu sambil berkata “sudah lama aku tidak memandangi hujan lewat jendela rumah. Aku kangen dengan suasana seperti ini.” Sesaat Dina teringat masa kecilnya. Dulu dia sering memandangi hujan lewat jendela kamarnya. Bisa dibilang itu salah satu kegiatan yang sering dia lakukan disaat hujan. Menurutnya setiap tetesan hujan memberikan kenyamanan.
Tak terasa hujan telah berhenti. Namun Dina masih betah di depan jendela. Dirinya masih hanyut dalam kenangan masa kecilnya. Ibunya yang sudah lama tak melihat tingkah laku anaknya seperti itu menjadi heran. Secepat mungkin anaknya disadarkan dari lamunannya. Beliau tidak ingin anaknya kenapa-kenapa.
“Dina sayang, dari tadi Ibu lihat kamu bengong aja di jendela. Kamu lagi kenapa sayang?” Ibunya bertanya dengan nada cemas.
“Aku tidak apa-apa kok Bu, tadi aku lagi lihat hujan dan tiba-tiba aku teringat masa kecilku.”
“Oh. Syukurlah kalau begitu. Ibu kira kamu kenapa-napa.”
“Tenang aja Bu, aku tidak apa-apa.” Dina tersenyum.
Setelah Ibunya pergi, Dina langsung bangun dari kursinya dan menuju teras rumah untuk menikmati udara sejuk bekas hujan. Di bukalah pintu rumahnya itu. Dia kaget apa yang dia lihat dengan matanya itu. Dari teras rumahnya, dia bisa melihat pelangi yang ada di langit. Warnanya begitu indah dan cantik. Pelangi itu muncul di saat waktu mulai senja. “Perpaduan yang pas antara pelangi dan senja.” Batin Dina. Dia menikmati moment-moment yang jarang seperti ini. Namun sayang perpaduan antara pelangi dan senja hanya berlangsung 5 menit. Walaupun begitu Dina bersyukur karena dirinya masih di beri kesempatan untuk melihat hujan dan perpaduan antara pelangi dan senja di teras rumah. “Terimakasih Tuhan.” Dina tersenyum lebar.
Tulisan ini disertakan dalam lomba Flash
Fiction dengan tema 'Perempuan dan Senja' yang diadakan oleh @13perempuans
0 komentar:
Posting Komentar